Merangkul Trauma
Rangkullah trauma, agar kita tidak playing victim, karena ada peran kita juga dalam setiap peristiwa, selain sudah atas izin-Nya. Kita adalah pelaku.
Ambil hikmah; renungi pesan apa yang hendak disampaikan Allah melalui kejadian yang membuat kita trauma. Biasanya ini berbentuk kecelakaan, baik menyangkut fisik ataupun nonfisik, karena tidak diprediksi oleh kita. Sehingga kita syok (kaget, cemas) sesaat setelah peristiwa tersebut.
Jadilah orang yang lebih baik dengan trauma tersebut. Kita boleh ingat pelajarannya, namun hiduplah di sini-kini. Kejadian itu sudah lewat. Sangguplah kecewa, untuk kemudian menerima hal tersebut sebagai berkah-Nya.
Apa yang tidak membuat kita mati, akan membuat kita kuat jika kita sembuh (What doesn’t kill you will make you stronger), namun ini hal yang tidak mudah jika intensitas traumanya memang besar.
Sebagian luka bisa diikhlaskan, sebagian memang sebagai cobaan buat diri kita. Namun, bahagialah.
Persilakan rasa itu hadir. Jadikan sebagai tamu. Nikmati melepas rasa sedih, dendam (marah), atau kecewa tersebut. Rasakan leganya. Nikmati sehatnya, nikmati rezekinya, dan nikmati kebahagiaannya.
Ya, sembuhlah dari trauma. Perbanyaklah mengisi batin kita dengan asupan yang positif. Isilah dengan cinta kasih Allah melalui pendekatan pada-Nya. Jauhi hal-hal yang merugikan. Bantu diri kita sendiri untuk bertumbuh. Sudahi protesnya, syukuri prosesnya. You deserved to be happy.