Konsisten Jaga Vibrasi
Alhamdulillah…
Melanjutkan postingan Goal dan Budgeting serta Kehidupan Pasca Goncangan, saya menuliskan tentang Level Kesadaran. Jika kita cermati dan renungi dengan zikir serta tafakur (buku pertama saya: Cinta, Syukur, dan Tafakur) maka sebetulnya yang menjadi cobaan bagi manusia adalah dirinya sendiri, Allah senantiasa memberikan yang terbaik bahkan teguran-Nya merupakan perhatian atas dasar kasih sayang-Nya.
Setelah berguru lewat agama, spiritual, dan psikologi beberapa guru yang menjadi perhatian saya, adalah:
– Ustadz Arifin Jayadiningrat -> konsep Paradigma Ihsan (sejak 2013) dan yang lain-lainnya (menyesuaikan lokasi tempat tinggal juga)
– Toge Aprilianto -> Latihati, teman belajar relasi (sejak 2020)
– Ustadz Dr. Fahrudin Faiz -> Ngaji Filsafat (sejak 2022)
– 3 Fakir -> mengkaji Al-Quran secara spiritualitas, masih tentang tazkiyatun nafs, dan yang sefrekuensi dengan itu (sejak 2024)
Kita tidak perlu menjadi orang yang luar biasa pintar, namun kita perlu paham caranya. Begitupula dengan kehidupan ini.
Ilmu hidup yang selalu saya ingat dari Om Ge adalah, “Apa yang dimasalahin?” sehingga pada prinsipnya jika tidak rugi maka perkara tidak nyaman (urusan dengan diri sendiri) dan jika rugi maka siapa yang menanggung ruginya.
Kita juga bisa meningkatkan level kesadaran untuk mengambil tanggung jawab atas keadaan dan kenyataan. Sehingga pemaknaan yang kita lakukan berada di vibrasi tinggi (lihat kembali diagram dari 2 link di atas). Apa yang terjadi, membentuk diri kita sampai hari ini, maka bersyukurlah… Fakta adalah berkah.
Nah, dengan ada alur seperti ini Paradigma Ihsan akan menjadi sanggup kita pahami konsepnya. Ihsan = berbuat yang terbaik, melakukan seolah-olah Allah sedang menyaksikan kita, dan jika kita tidak merasakan ketahuilah Allah Maha Menyaksikan.
Ketika saya menggunakan energi memberi dan membatasi keserakahan alias hawa nafsu, dengan menjadi pribadi minimalis (low maintenance), maka Allah memberikan rezeki tidak disangka-sangka. Mengapa? Karena alam semesta ini tidak mau berhutang, dan akan selalu menjaga keseimbangan… Memberilah, kita tidak pernah kehilangan jika menggunakan energi memberi.
Alhamdulillah…
Hari ini dosen saya dalam teaching assistant menginvite di LinkedIn.
Fabiayyi ala irobbikuma tukadziban (فَبِأَيِّ آَلَاءِ رَبِّكُمَا تُكَذِّبَانِ) (Artinya: Maka nikmat Tuhan kamu yang manakah yang kamu dustakan?).