Manajemen Harapan
Tulisan ini merupakan hasil obrolan dengan psikolog Om Ge (Toge Aprilianto), Latihati. Silakan hubungi kontak jika memerlukan.
Ketika energi sedang drop, maka yang pertama dicek adalah fisik. Apakah fisik sehat atau tidak. Periksa apakah kita sudah melakukan syarat untuk bugar secara fisik:
- Asupan berupa nutrisi makanan dan minuman sehat.
- Istirahat.
- Sinar matahari (keseimbangan unsur alam).
- Gerak atau olahraga.
Jika sedang sakit, maka pulihkan dulu kesehatan kita. Karena kita butuh energi juga untuk menemani diri yang sedang drop (kita lagi down semangat hidupnya). Kemudian untuk bugar mental (psikis/jiwa) diperlukan:
- Menyalurkan emosi (nyalem): aktivitas dilakukan dengan merasakan emosinya.
- Istirahat: fisiknya istirahat.
- Rekreasi hati (rehat): aktivitas dilakukan dengan senang-senang.
Om Ge membantu saya mengecek untuk bahan renungan, apakah saya perlu atau ingin? Apakah rugi atau tidak? Bahkan untuk diterimakasihi, saya tidak rugi jika tidak diterimakasihi. Namun saya berharap, ini disebabkan saya ingin dukungan dari luar, sedangkan dukungan dari dalam diri sendiri seharusnya cukup. Allah sudah mencukupi kita.
Kemudian, ketika diharapkan dengan norma/standar kelayakan/sosial-masyarakat, maka itu relatif menurut penilaian dan kriteria apa/siapa dan bagaimana. Bukan sesuatu yang mutlak diwenangkan dari pihak wewenang kepada yang di bawahnya. Kecuali jika wewenang telah melampaui batas, maka artinya: situasi sulit dan pilihannya adalah kudalari (kuasai, adaptasi, dan melarikan diri untuk keselamatan).
Ketika berharap, apakah kita boleh berharap? Ternyata boleh, asalkan sanggup dengan risikonya. Risikonya: kecewa jika tidak sesuai harapan. Untuk menginginkan sesuatu, caranya: usaha, berharap, dan doa.
Om Ge selalu mengatakan memberi saja, percaya saja tapi kita tidak disuruh jadi matahari yang hanya memberi. Kata Beliau, “Apa harus? Siapa yang suruh? Apa perlu?” Jadi ada kesanggupan sesuai kapasitas kita masing-masing.
Untuk penilai dan penonton, kita harus bisa bedakan. Karena ternyata banyak netizen julid yang omongannya hanya perlu kita amati saja. Jika penilai, artinya masukan dia penting, misal: suami/istri kita atau bos kita.
Fokus hidup di sini-kini, apa fakta yang terjadi dan apa yang kita lakukan terhadap fakta itu.
Terima kasih pelajarannya, Om Ge. Om Ge menutup dengan kalimat khas, “You’re welcome anytime, kita saling belajar.”